Data Buku
Judul : Cahaya Ilahi dan Opera
Manusia
Penulis : Martinus Antonius
Weselinus (MAW) Brouwer
Editor : HCB Dharmawan
Penerbi
t
: Penerbit Buku Kompas
Tahun : 2004
Tebal : viii + 184
halaman; 14 cm x 21 cm
ISBN : 979-709-063-9
"...manusia
sering merasa bosan di dunia (a quiet desperation), sedang dalam Tuhan kita
tidak pernah akan merasa bosan: ‘He is the Big Surprise’, yang selalu
mengherankan..." (MAW Brouwer, hal. 57)
"Kejutan..." Itulah kesan kuat membaca buku
Cahaya Ilahi dan Opera Manusia karya
M.A.W. Brouwer ini. Bukan hanya soal dimensi religiositas (meminjam istilah
Mangunwijaya), tetapi juga soal-soal kehidupan sehari-hari menyangkut manusia
dan alam sekitarnya, yang dengan mengesankan dipakai sebagai judul dan
pembagian buku ini ke dalam dua bagian "Cahaya Ilahi" dan "Opera
Manusia".
Bagaimana
faktor kejutan (surprise)
ini bisa dijelaskan, mengingat buku ini sendiri diterbitkan pada tahun 2004; sementara
tulisan-tulisannya sendiri jauh lebih lama, yakni ada yang tahun 1970, 1971,
1972, 1983, 1985, 1986, 1987, 1988, dan ada yang tanpa tahun. Itulah menariknya buku
ini. Tampaknya, ini tidak berhubungan dengan
aktualitas berbagai peristiwa yang tampak berubah-ubah. Akan tetapi, lebih dari
pada hal-hal yang semacam itu. Ini menyangkut suatu cara pandang baru yang
dalam buku ini disebut kepercayaan, harapan, dan kasih (fides, spes, charitas)
Melalui
cara pandang tersendiri yang dibagikan MAW Brouwer, buku ini menjadi menarik.
Ia menyajikan kejutan-kejutan terhadap
kenyataan di sekitarnya. Melalui pergulatannya dalam iman, ateisme, filsafat,
fenomenologi, Ayatollah Khomeini, A H Nasution, anak-anak ibu pertiwi, dan
sebagainya, semakin mengukuhkan keterpanaan
yang
ditawarkan sosok MAW Brouwer. Mengapa ? Karena semua itu didasari dengan
kepercayaannya kepada Allah. "Kalau Allah muncul sebagai The Big Surprise (hal yang baru secara
absolut), memang jelas, bahwa renungan dari dasar segala dasar menjadi 'adventure', yang memberi semangat dan
harapan." (hal. 29).
Dari
sisi inilah, MAW Brouwer menampilkan berbagai
kejutan itu. Maka, tidak heranlah kalau membaca
buku ini kita kadang diajak tertawa, heran, bertanya-tanya, mencari tahu lebih
banyak lagi, memastikan arah yang benar, bahkan diajak menaruh kepercayaan, harapan
dan kasih, bersikap kritis, dan berpikir sendiri yang juga menjadi salah satu
perkembangan ilmu pengetahuan.
Jadi,
semakin menjadi jelaslah kejutan di
sini bukanlah berubah-ubahnya segala peristiwa di hadapan kita yang tampak
baru. Bahkan, perubahan-perubahan itu
tidak jarang menimbulkan kebosanan-kebosanan, ketidakpastian-ketidakpastian,
dan mencari hal-hal yang tampak baru dan tampak pasti lagi hingga pada akhirnya
pada kematian itu sendiri. Dan, ketakutan yang paling besar dihadapi manusia
adalah kematian.
Kejutan justru tidak
terletak pada hal-hal yang demikian itu, tetapi mengatasinya. "Manusia
sering merasa bosan di dunia (a quiet
desperation) sedang dalam Tuhan kita tidak pernah akan merasa bosan: "He is the Big Surprise", yang
selalu mengherankan. (hal. 57)
Buku
karya almarhum pastor fransiskan ini terdiri dari 37 tulisan yang dibagi dalam
dua bagian besar. Bagian pertama, adalah "Cahaya Ilahi" terdiri dari
17 artikel. Bagian ini dikemukakan berbagai
kejutan yang
berkaitan dengn hubungan manusia dengan Yang Ilahi. Di dalamnya terdapat
tema-tema filsafat, ateisme, teologi, penilaian, dan sebagainya.
Bagian
kedua berjudul "Opera Manusia" terdiri dari 20 artikel. Ini berkaitan
dengan diri manusia itu sendiri yang bisa diwakili misalnya Gamal Abdul Nasser,
Honda, Polisi (Hoegeng), Alexandr Solzhenitsyn, Adam Malik, Socrates, A.H.
Nasution, Lie Tek Tjeng, Einstein, Galina, Plato, Ayatollah Khomeini, Lord
Nrth, Mikail Gorbachev, Oliver Cromwell, Sudjatmoko, Hamka, Nurcholis Madjid,
Romo FX Danuwinata SJ, Bapak silaban, Leo Sukoto SJ, dan lain-lain. Sebenarnya,
tidak terbatas pada tokoh seperti disebut di atas, tetapi juga misalnya disebut
"masih muda, tetapi sudah pailit, nihilis, dan psimistis, tetapi...juga
mereka itu anak-anak Ibu Pertiwi." (hal. 182)
Membaca
satu tulisan ke tulisan lain dalam buku ini, kita justru tidak dibawa untuk
mengukuhkan suatu pendirian menurut kita sendiri sambil melakukan
pembenaran-pembenaran, tetapi malah sebaliknya. Pendirian-pendirian kita justru
dibongkar terhadap kemungkinan-kemungkinan lain.
Tidak
heran kalau kita dibawa pada kenyataan yang tidak pasti dan
ketidakpastian-ketidakpastian lainnya, absurditas hidup. Dan, absurditas hidup
yang paling besar adalah kematian itu sendiri. Dihadapi dengan sikap yang
bagaimanapun (optimis maupun pesismis), ini tetap suatu yang absurd. Dan,
karena itu, kepercayaan, harapan, dan kasih (fides, spes, et charitas) menjadi sangat penting justru dalam
kondisi absurditas itu. Tujuan hidup justru tidak diletakkan di sini, melainkan
di seberang kuburan, seperti pandangan Oliver Cromwell.
Akan
tetapi, ada juga kelompok yang tidak ambil pusing dengan itu semua. Golongan
ini melibatkan dirinya dalam pekerjaan dan tidak perlu memikirkan soal-soal
maut dan hidup sesudah mati. Yang lain lagi, ada juga golongan yang tidak
menghargai dunia, tetapi merasa asing di dunia. Dengan narkotika atau 'suicidum' (bunuh diri) mereka mencoba
melepaskan dirinya dari tali-tali eksistensi. (hal. 171)
Suatu
buku dan refleksi yang menarik...Selamat membaca dan mengambil manfaat.
Daniel Setyo Wibowo
Tidak ada komentar:
Posting Komentar