Rabu, 17 Oktober 2012

Akeelah


Data Buku 
Judul               : Akeelah
Judul Asli        : Akeelah And Bee
Penulis             : James W. Ellison; didasarkan naskah film Doug Atchiuson
Penerjemah      : Sapardi Djoko Damono
Pengantar        : Sonya Sondakh
Penerbit           : Yayasan Obor Indonesia
Tahun              : 2007
Tebal               : 207 halaman
ISBN               : 978-979-461-642-0
                       
            Apa jadinya kalau anak-anak sekolah dasar (SD) berada dalam lingkungan yang kurang menguntungkan untuk mengembangkan bakatnya ? Bagaimana jadinya anak-anak dalam lingkungan sekolah yang kamar kecil dan mandinya tidak berpintu, minim fasilitas ? Bagaimana jadinya perkembangan anak-anak jika lingkungannya kumuh, tidak peduli satu sama lain, serta sebagian besar anak-anaknya suka buat gaduh dan kekacauan ? Atau bagaimana anak bisa berkembang dengan baik jika orang tuanya tidak memperhatikan anak-anaknya dan harus sibuk bekerja keras karena himpitan ekonomi dan kakak-kakaknya punya urusan masing-masing sehingga tidak peduli ? Atau bagaimana perkembangan anak jika mengetahui ayahnya yang sangat pintar dan peduli pada si anak justru tertembak di jalanan setelah membeli rokok ? Atau bagaimana nasib anak bila lingkungannya, tetangga-tetangganya atau teman-teman kakaknya senang mabuk bahkan sering terlibat narkoba ?
            Banyak orang bisa memastikan bahwa lingkungan seperti itu tidak cocok dengan perkembangan anak-anak. Anak-anak dalam lingkungan seperti itu, akan ikut 'pandangan' dalam pesimisme bahkan apatisme lingkungan. Kasarnya, anak-anak hampir bisa dipastikan akan menjadi brengsek juga.
            Bisa jadi. Akan tetapi, jawabannya bisa tidak selalu suram. Kecerahan bisa didapat dari sahabat yang tulus atau kenangan terhadap ayah atau teladan saudara. Pendampingan guru atau pembimbing sangat dibutuhkan demi perkembangan si kecil. Sebab, bagaimanapun keteguhan dan kepercayan diri yang tangguh dari seorang anak-anak atau bahkan seorang dewasa pun, ia memerlukan peneguhan.

Kata
            Namun, bila peneguhan dan dukungan itu tidak selalu hadir dan yang hadir selalu lingkungan dan pengaruh jelek yang menteror si anak, harapan apa lagi yang bisa membawa kecerahan dan keceriaan ? Masih ada. Ini bukan jalan buntu. Ada jalan, yaitu keajaiban ! Dan, keajaiban itu terletak pada "kata". "Kata" di tangan seorang anak berumur sebelas tahun, Akeelah Anderson.
            Buku karya James W. Ellison ini mengesankan. Ia mengolah kondisi lingkungan yang kurang menguntungkan, justru menjadi 'sarana' atau rahmat. Dan akhirnya, yang terjadi malah kebalikannya. Dunia diubah. Keputusasaan melumer berhadapan dengan keteguhan seorang gadis kecil. Dunia keterputusasaan diserbu dan diubah menjadi dunia yang berpengharapan.
            Seorang pengedar narkoba yang tidak disukai Akeelah karena berpengaruh buruk terhadap kakaknya Terrence, berubah hanya dengan menulis puisi. Keangkuhan Dylan karena memang pintar dan digembleng dengan keras oleh ayahnya, mencair di depan Akeelah hanya dengan kesengajaan untuk salah mengeja kata 'xanthosis' dengan 'z-a-n-t-h-o-s-i-s'. Padahal Akeelah tahu hal itu bisa salah dan dirinya bisa tidak mendapat juara dan pulang dengan tangan kosong.
            Di samping narasinya yang menarik, bentuk novel yang didasarkan pada naskah film Doug Atchison ini sungguh mengena. Biasanya suatu novel yang menarik dan dibaca banyak orang, diangkat menjadi film. Film-film petualangan Harry Potter didasarkan pada novel-novel kisah Harry Potter. Tidak jarang pula dari film-film itu dibuat suatu game untuk Playstation, dan sebagainya.
            Novel "Akeelah" ini justru membalikkan kebiasaan atau logika di atas. Dari film ke novel. Dari citra, gambar yang ditangkap panca indera ke simbol-simbol tulisan. Padahal proses pembuatan film itu sendiri sangat rumit dari kesan atau kisah dunia nyata atau novel diubah menjadi simbol atau tulisan atau naskah. Dan dari naskah itu, dibuat visualisasinya berupa gambar, citra. Menariknya, Novel 'Akeelah' mengembalikan lagi dari hasil visualisasi itu menjadi bentuk tulisan. Dan, tentu tulisan ini ditangkap oleh intelek dari pada pancaindera. Kiranya hal ini tepat karena sesuai dengan isinya yang menekankan kekuatan bahasa, khususnya kata dan karakter. Jadi, apa yang mau dituju buku ini bukan sekedar kesan-kesan yang timbul dari cerita yang bagus, tetapi juga memberi rangsangan intelek pada pentingnya kekuatan "kata" itu sendiri.
            Kekuatan "kata" untuk mengubah dunia itu ditunjukkan tokoh Akeelah dalam perjalanan jatuh bangun mengikuti kejuaraan bergengsi 'Scripps National Spelling Bee" atau lomba mengeja kata-kata. Lomba itu berjenjang dari tingkat sekolah, regional sampai tingkat nasional.

Pesaing

            Gadis berkulit hitam ini yang baru berusia sebelas tahun bukan hanya berhadapan dengan pesaing-pesaingnya di atasnya, tetapi ia berhadapan dengan budaya, sekolah keluarga, dan terutama dengan ketakutannya sendiri. Banyak faktor yang membesarkan ketakutannya dan banyak faktor pula jalan untuk mengatasinya.
            Dengan bimbingan Dr. Larabee, Akeelah berani menghadapi ketakutannya sendiri. Kebiasaan mengeja kata dengan tepukan tangan di pahanya, dibantu dengan lompatan tali milik puterinya, Denise. Yang menarik justru keberanian Akeelah menghadapi ketakutannya sendiri, membuat terbalik Larabee yang sebenarnya menghindari ketakutannya sendiri setelah meninggalnya Denise.
            Banyak hal dari novel ini membuat pembacanya bukan hanya terkesan, tetapi terkaget-kaget. Buku ini, menurut pengantarnya, Sonya Sondakh, pantas menjadi bacaan wajib bagi anak-anak Indonesia karena masih kurangnya bacaan-bacaan yang baik dan inspiratif. Novel ini baik karena mengusung nilai-nilai luhur kesetaraan, keluarga, dan persahabatan.
            Bagi orang dewasa pun, sebenarnya novel ini sangat berguna, apa lagi untuk orang tua, pendidik, atau calon pendidik. Selamat membaca dan dibuat tercengang-cengang.

Daniel Setyo Wibowo

Tidak ada komentar: