Judul : Akeelah
Judul Asli : Akeelah And Bee
Penulis : James W. Ellison; didasarkan
naskah film Doug Atchiuson
Penerjemah : Sapardi Djoko Damono
Pengantar : Sonya Sondakh
Penerbit : Yayasan Obor Indonesia
Tahun : 2007
Tebal : 207 halaman
ISBN : 978-979-461-642-0
Apa
jadinya kalau anak-anak sekolah dasar (SD) berada dalam lingkungan yang kurang
menguntungkan untuk mengembangkan bakatnya ? Bagaimana jadinya anak-anak dalam
lingkungan sekolah yang kamar kecil dan mandinya tidak berpintu, minim
fasilitas ? Bagaimana jadinya perkembangan anak-anak jika lingkungannya kumuh,
tidak peduli satu sama lain, serta sebagian besar anak-anaknya suka buat gaduh
dan kekacauan ? Atau bagaimana anak bisa berkembang dengan baik jika orang
tuanya tidak memperhatikan anak-anaknya dan harus sibuk bekerja keras karena
himpitan ekonomi dan kakak-kakaknya punya urusan masing-masing sehingga tidak
peduli ? Atau bagaimana perkembangan anak jika mengetahui ayahnya yang sangat
pintar dan peduli pada si anak justru tertembak di jalanan setelah membeli
rokok ? Atau bagaimana nasib anak bila lingkungannya, tetangga-tetangganya atau
teman-teman kakaknya senang mabuk bahkan sering terlibat narkoba ?
Banyak orang bisa memastikan bahwa
lingkungan seperti itu tidak cocok dengan perkembangan anak-anak. Anak-anak
dalam lingkungan seperti itu, akan ikut 'pandangan' dalam pesimisme bahkan
apatisme lingkungan. Kasarnya, anak-anak hampir bisa dipastikan akan menjadi
brengsek juga.
Bisa jadi. Akan tetapi, jawabannya
bisa tidak selalu suram. Kecerahan bisa didapat dari sahabat yang tulus atau
kenangan terhadap ayah atau teladan saudara. Pendampingan guru atau pembimbing
sangat dibutuhkan demi perkembangan si kecil. Sebab, bagaimanapun keteguhan dan
kepercayan diri yang tangguh dari seorang anak-anak atau bahkan seorang dewasa
pun, ia memerlukan peneguhan.
Kata
Namun, bila peneguhan dan dukungan
itu tidak selalu hadir dan yang hadir selalu lingkungan dan pengaruh jelek yang
menteror si anak, harapan apa lagi yang bisa membawa kecerahan dan keceriaan ?
Masih ada. Ini bukan jalan buntu. Ada jalan, yaitu keajaiban ! Dan, keajaiban
itu terletak pada "kata". "Kata" di tangan seorang anak
berumur sebelas tahun, Akeelah Anderson.
Buku karya James W. Ellison ini
mengesankan. Ia mengolah kondisi lingkungan yang kurang menguntungkan, justru
menjadi 'sarana' atau rahmat. Dan akhirnya, yang terjadi malah kebalikannya.
Dunia diubah. Keputusasaan melumer berhadapan dengan keteguhan seorang gadis
kecil. Dunia keterputusasaan diserbu dan diubah menjadi dunia yang
berpengharapan.
Seorang pengedar narkoba yang tidak
disukai Akeelah karena berpengaruh buruk terhadap kakaknya Terrence, berubah
hanya dengan menulis puisi. Keangkuhan Dylan karena memang pintar dan
digembleng dengan keras oleh ayahnya, mencair di depan Akeelah hanya dengan
kesengajaan untuk salah mengeja kata 'xanthosis' dengan 'z-a-n-t-h-o-s-i-s'.
Padahal Akeelah tahu hal itu bisa salah dan dirinya bisa tidak mendapat juara
dan pulang dengan tangan kosong.
Di samping narasinya yang menarik,
bentuk novel yang didasarkan pada naskah film Doug Atchison ini sungguh
mengena. Biasanya suatu novel yang menarik dan dibaca banyak orang, diangkat
menjadi film. Film-film petualangan Harry Potter didasarkan pada novel-novel
kisah Harry Potter. Tidak jarang pula dari film-film itu dibuat suatu game
untuk Playstation, dan sebagainya.
Novel "Akeelah" ini justru
membalikkan kebiasaan atau logika di atas. Dari film ke novel. Dari citra,
gambar yang ditangkap panca indera ke simbol-simbol tulisan. Padahal proses
pembuatan film itu sendiri sangat rumit dari kesan atau kisah dunia nyata atau
novel diubah menjadi simbol atau tulisan atau naskah. Dan dari naskah itu,
dibuat visualisasinya berupa gambar, citra. Menariknya, Novel 'Akeelah'
mengembalikan lagi dari hasil visualisasi itu menjadi bentuk tulisan. Dan,
tentu tulisan ini ditangkap oleh intelek dari pada pancaindera. Kiranya hal ini
tepat karena sesuai dengan isinya yang menekankan kekuatan bahasa, khususnya
kata dan karakter. Jadi, apa yang mau dituju buku ini bukan sekedar kesan-kesan
yang timbul dari cerita yang bagus, tetapi juga memberi rangsangan intelek pada
pentingnya kekuatan "kata" itu sendiri.
Kekuatan "kata" untuk
mengubah dunia itu ditunjukkan tokoh Akeelah dalam perjalanan jatuh bangun
mengikuti kejuaraan bergengsi 'Scripps
National Spelling Bee" atau lomba mengeja kata-kata. Lomba itu
berjenjang dari tingkat sekolah, regional sampai tingkat nasional.
Pesaing
Gadis berkulit hitam ini yang baru
berusia sebelas tahun bukan hanya berhadapan dengan pesaing-pesaingnya di
atasnya, tetapi ia berhadapan dengan budaya, sekolah keluarga, dan terutama
dengan ketakutannya sendiri. Banyak faktor yang membesarkan ketakutannya dan
banyak faktor pula jalan untuk mengatasinya.
Dengan bimbingan Dr. Larabee, Akeelah
berani menghadapi ketakutannya sendiri. Kebiasaan mengeja kata dengan tepukan
tangan di pahanya, dibantu dengan lompatan tali milik puterinya, Denise. Yang
menarik justru keberanian Akeelah menghadapi ketakutannya sendiri, membuat terbalik
Larabee yang sebenarnya menghindari ketakutannya sendiri setelah meninggalnya
Denise.
Banyak hal dari novel ini membuat
pembacanya bukan hanya terkesan, tetapi terkaget-kaget. Buku ini, menurut
pengantarnya, Sonya Sondakh, pantas menjadi bacaan wajib bagi anak-anak
Indonesia karena masih kurangnya bacaan-bacaan yang baik dan inspiratif. Novel
ini baik karena mengusung nilai-nilai luhur kesetaraan, keluarga, dan
persahabatan.
Bagi orang dewasa pun, sebenarnya
novel ini sangat berguna, apa lagi untuk orang tua, pendidik, atau calon
pendidik. Selamat membaca dan dibuat tercengang-cengang.
Daniel
Setyo Wibowo
Tidak ada komentar:
Posting Komentar