Data Buku
Judul : Yohanes dari Salib
Judul asli : John of the Cross
Penulis : Wilfrid McGreal
Penerjemah : Mei Setiyanta
Editor Seri : Peter Vardy
Penerbit : Kanisius
Tahun : 2005; cetakan ke lima
Tebal : 92 halaman; 14 x 20,5 cm
ISBN : 979-21-0095-4
Penulis : Wilfrid McGreal
Penerjemah : Mei Setiyanta
Editor Seri : Peter Vardy
Penerbit : Kanisius
Tahun : 2005; cetakan ke lima
Tebal : 92 halaman; 14 x 20,5 cm
ISBN : 979-21-0095-4
"...Inilah yang membimbingku / lebih pasti dari cahaya
siang /
ke tempat ia sedang menungguku - ia yang aku kenal begitu
akrab/
di sana di sebuah tempat di mana tak seorangpun kelihatan./
O malam yang membimbing !/
O malam yang lebih mempesona dari fajar !/
O malam yang telah menyatukan /
Sang Pengasih dengan kekasihnya,/
mengubah sang kekasih menjadi Sang Pengasih.
(Malam Gelap (The Dark Night), Yohanes dari Salib)
Roh
kecurigaan dan perselisihan, roh kesombongan dan iri hati, ternyata lebih lihai
dari yang diperkirakan akal manusia. Tidak pandang di lingkungan profan
(duniawi) atau pun religius (biara). Roh itu cerdik menyelinap dan mengelabuhi.
Ia ingin membuyarkan setiap rencana Allah yang bekerja dalam usaha dan kehendak
baik orang-orang yang dikasihi-Nya. Kalaupun roh itu gagal mengacaukan rencana
Allah, ia setidaknya menghambatnya agar manusia dan kemanusiaan sejati
terbelenggu dalam dosa terus.
Gerakan reformasi yang digulirkan
Teresa dari Avila dan Yohanes dari Salib di kalangan biara Karmelit, dibuatnya
dihukum cambuk dan dipenjara dalam sel tersendiri terlepas dari persaudaran.
Roh pemecah belah itu memang berhasil menebarkan jebakannya, tetapi dihadapan
Yohanes dari Salib justru di kegelapan malam karena mengikuti jejak Tuhan Yesus
Kristus itulah, si penjebak itu menyingkapkan siapa dirinya yang sejati, yakni
si pembuat onar, pembinasah manusia sejak awal mula.
Dalam kegelapan dan kesengsaraan,
seperti gurunya Yesus Kristus seperti diwahyukan dalam Kitab Suci, tidak
membuat Yohanes dari Salib putus asa, tetapi justru mendapat
pengalaman-pengalaman religius yang diungkapkan dalam puisi-puisi indahnya. Ia
justru memperoleh rahmat meskipun melewati jalan sempit (dan penuh kesukaran).
Tidak berhenti disitu, Yohanes dari Salib ini memberikan kesaksian otentik. Ia
mengajarkan jalan itu kepada orang-orang yang ingin mencapai kebersatuan dengan
Tuhan. Di sinilah dia menjadi pembimbing yang bisa diteladani di masa kini
justru di tengah-tengah banyak guru-guru dan pembimbing rohani palsu. Itulah
sosok Juan de Yepes (1540 - 1591) yang dikenal dengan Yohanes dari Salib.
Bagaimana pengalaman, pemikiran, dan
bimbingan Yohanes dari Salib dapat kita pakai untuk mengolah
pengalaman-pengalaman kita sendiri untuk kematangan hidup rohani ? Buku Yohanes dari Salib ini memberi tawaran
jawaban yang menarik. Buku karya Fr. Wilfrid MvGreal, OCarm ini mengantarkan
kita memahami jalan yang dilalui Yohanes dari Salib itu. Pembahasannya ringkas,
padat, dan jelas sehingga mudah dipahami dan tentu membangkitkan semangat
rohani menuju kesempurnaan, Gunung Karmel, Gunung Kesempurnaan.
Intinya, cara menuju keakraban
dengan Tuhan adalah dengan melepaskan segala sesuatu yang dianggap sangat
disenangi dan sangat penting dalam hidup. Sungguh suatu cara yang tidak mudah.
Suatu jalan yang sempit. Yohanes dalam The
Ascent of the Mount Carmel (Pendakian Gunung Karmel) menunjukkan antitesis
'todo' (segala) dan 'nada' (tiada). "...'nada' atau tiada, merupakan bagian dari
sebuah proses mencapai kebebasan pribadi yang mendalam - pelepasan beban yang
menghambat perkembangan diri. 'Nada'
adalah jalan yang menjadi bagian dari perjalanan yang disebut malam
gelap," kata penulis buku Guilt and
Healing Fr. Wilfrid McGreal, OCarm ini (h. 55).
Suatu malam gelap sendiri, menurut
Yohanes dari Salib terdiri dua tahap, yaitu 'malam aktif bagi rasa' dan 'malam
pasif bagi jiwa'. Perpindahan dari tahap satu ke tahap lainnya adalah
perpindahan dari meditasi menuju doa kontemplasi. 'Malam aktif bagi rasa' dimulai oleh seseorang yang ingin lebih
dekat dengan Tuhan. Di tahap inilah tahap koreksi atas tingkah laku yang penuh
dosa dan kepuasan yang berpusat pada diri pribadi, dilakukan. Sedangkan 'malam pasif bagi jiwa', merupakan tahap
akhir berupa pemurnian akhir yang mengarah dengan pengalaman mistis yang
mendalam. Di sinilah butuh kesabaran karena berlangsung dengan lambat.
Seseorang merasa tak berdaya, hancur, dan segala sesuatu tampak gelap
seakan-akan Tuhan telah mengabaikannya.
Dua tahap itu sebenarnya, menurut
Wilfrid McGreal, bukanlah suatu kemutlakan karena setiap pribadi itu unik. Dan,
lagi, tindakan Tuhan dalam hidup kita sifatnya bebas, tidak bisa ditentukan,
dianalisa, apalagi diprediksi.
Modern
Dunia modern saat kini dipenuhi
dengan ketidakpastian. Yang transenden pun tidak menjadi perhatian. Kehidupan
rohani pun dibiarkan kering, lalu layu, dan akhirnya mati. Hubungan dengan
Tuhan retak bahkan penuh dengan penolakan manusia sendiri. Demikian juga dengan
hubungan dengan sesama. Egoisme berkembang seperti jamur di musim hujan.
Manusia terobsesi dengan dirinya sendiri. Hiruk pikuk konsumerisme di sana sini
menjadi semangat pribadi, tetapi tidak mempunyai perasaan terhadap dunia dan
tidak memiliki tanggungjawab sosial. Lantas, dalam situasi demikian, apakah
kita bisa mendengar Yohanes dari Salib ?
Sangat bisa, jawabannya. "Dia
adalah seorang guru yang membawa pesan kebebasan, kebebasan yang memungkinkan
kita menjadi sadar akan diri dan pribadi kita sepenuhnya," tegas Wilfrid
McGreal. Justru, dalam kondisi dewasa kini, Yohanes dari Salib menantang
pembacanya. Ajarannya, justru tentang hal-hal yang mendasar yang sering
diabaikan manusia dewasa kini.
Membaca buku ini, tidak saja
membangkitkan semangat kerohanian dan menyegarkan, tetapi lebih jauh melihat
diri dan menggugatnya, ketika jiwa terbelenggu dalam arus zaman. Mungkin hal
itu tidak mengenakkan dan tidak memuaskan keinginan kita untuk selalu dihibur
dan dibuai sampai mati. Kalaupun boleh dikatakan sebagai satu-satunya hiburan
ketika kita mengalami kegelapan adalah Salib Tuhan Yesus. Seperti Yohanes dari
Salib mengikuti jejak Yesus Kristus, mengikuti salib-Nya. Lantas, kita tidak
sendirian lagi.
Buku ini pada akhir babnya
disandingkan dengan pendekatan psikologi kontemporer berkaitan dengan bimbingan
rohani. Ini penting karena orang yang ingin mencapai kematangan rohani,
membutuhkan bimbingan rohani dengan pembimbingan rohani yang tidak hanya
sekedar bijaksana dan cermat, tetapi juga berpengalaman. Selamat membaca dan
dibimbing Yohanes dari Salib...
Daniel
Setyo Wibowo
Tidak ada komentar:
Posting Komentar